LPI VS PSSI

Publicado  Senin, 21 Februari 2011

Konflik ini membuat sebagian besar pecinta sepakbola Indonesia mulai kuatir akan imbas negatifnya kepada perkembangan sepakbola Indonesia. LPI digulirkan dengan tujuan membangun sebuah kompetisi yang modern ala klub-klub Eropa tanpa ada campur tangan khususnya pendanaan dari pihak pemerintah (APBD) seperti kebayanyak klub anggota ISL.
LPI juga bisa dibilang sebagai implementasi kekecewaan dari kinerja PSSI dengan segala macam intrik-intriknya dibawah kepemimpinan Nurdin Halid. Namun konflik yang makin memanas membuat para pecinta sepakbola nasional mulai gerah dengan sikap “kepala batu PSSI” yang sepertinya memang enggan berdialog guna menuntaskan masalah ini dan hanya berlindung dibawah pasal-pasal FIFA guna menindak LPI.
Sedangkan LPI sendiri merasa apa yang digulirkan saat ini sudah benar dan demi kemajuan sepakbola tanah air.
Berikut beberapa fakta terkait konflik PSSI dan LPI:
Dua Pengusaha
PSSI kerap mendapat modal besar dari pemilik Grup Bakrie, yakni Aburizal Bakrie. LPI dimodali oleh pemilik Grup Medco, yakni Arifin Panigoro. Uniknya, dua pengusaha ini pernah terlibat perseteruan saat kasus penanganan lumpur Lapindo.
Klaim Profesional
LPI menganggap kompetisinya profesional karena berbasis bisnis dan berorientasi prestasi. Sebaliknya, PSSI menganggap kompetisi LPI sekelas tarkam. Terakhir, kompetisi ini dinilai sebatas hiburan.
Izin Pertandingan
PSSI meminta Mabes Polri untuk melarang bergulirnya pertandingan LPI. Humas Polri menyetujui. LPI lantas mendapat izin dari Menpora Andi Mallarangeng melalui BOPI. Meski PSSI protes, Polri akhirnya tetap mengeluarkan izin.
Beberapa Klub Mundur
Tiga klub ISL mengundurkan diri, yaitu Persibo, Persema, dan PSM. Akibatnya, jadwal dan klasemen ISL berantakan. PT Liga sebagai penyelenggara kompetisi juga mendapat penalti dari sponsor utama, yakni PT Djarum. Jumlahnya sekitar Rp 7 miliar.
Adanya Sanksi FIFA
PSSI mengirim surat ke Federasi Sepakbola Dunia (FIFA). Dalam tempo sehari, surat langsung dibalas. Intinya, PSSI diberi wewenang menindak tegas LPI. Jika problem LPI tak terselesaikan hingga 1 Maret, FIFA mengancam akan memberi sanksi pada PSSI. Uniknya, keaslian surat FIFA sempat dipertanyakan banyak kalangan. Polemik berakhir setelah FIFA menyatakan bahwa surat tersebut otentik.
Timnas
PSSI mencoret semua pemain yang berlaga di LPI dari seleksi timnas Indonesia. Akhirnya, tidak ada pemain LPI yang dipanggil untuk pelatnas persiapan Pra Olimpiade. Termasuk dua pemain keturunan, yaitu Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan.
Perang Statemen
Sampai saat ini, pihak PSSI dan LPI sebatas perang statemen dan argumen melalui media massa. Belum pernah sekalipun bertemu, duduk satu meja, dalam forum bersama. LPI belum pernah datang ke kantor PSSI. Sebaliknya, PSSI keberatan bertemu LPI ketika dimediatori BOPI. Bahkan pada dialog-dialog di televisi pun, keduanya ditampilkan terpisah.
Korupsi dan Mantan NAPI
Keuangan PSSI mendapat sorotan dari KPK dan ICW. PSSI diduga melakukan penyelewengan uang dari negara (korupsi). PSSI diminta melaporkan keuangan dalam 5 tahun terakhir. Sayangnya, permintaan ditolak dengan alasan menunggu rekomendasi dari kongres tahunan. Sementara itu, KPK dan ICW mengancam akan membawa kasus ini ke pengadilan. Sementara itu ketua PSSI yakni Nurdin Halid merupakan mantan Narapidana yang terkait kasus korupsi.
Rezim Nurdin
Desakan agar Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan Sekjen Nugraha Besoes turun semakin gencar. Nurdin telah menjabat sejak tahun 2003 dan Besoes sejak 1983. Dalam rentang waktu tersebut, PSSI dinilai gagal mempersembahkan prestasi. Banyak yang beranggapan, jika rezim Nurdin turun, perseteruan PSSI dan LPI akan berakhir.
So? kalau seperti ini apakah kita semua akan mengorbankan tujuan semula membangun sepakbola nasional ? jangan sampai semua keruwetan yang ada berimbas pada sanksi FIFA yang akhirnya merugikan sepkabola Indonesia akibat ulah segelintir orang yang mengatasnamakan kepentingan sepakbola nasional !
“JADI PERANGLAH SECARA KUALITAS, BUKAN SECARA OTORITAS”

0 komentar: